2020 jadi tahun bersejarah yang akan dibangga-banggakan oleh generasi sekarang kepada anak cucu mereka nanti, bahwa mereka sudah jadi penyelamat kehidupan bumi dengan hanya rebahan dirumah.
Sebelumnya, tulisan ini saya tulis untuk diri saya sendiri yang selalu rugi dalam melewati bulan Ramadhan, tidak bermaksud untuk menyinggung siapa pun.
Dengan adanya pandemi COVID19 banyak orang yang mengeluh atau bersedih jika Ramadhan tahun ini tidak akan meriah dan tidak akan menyenangkan seperti biasanya.
Mungkin ini teguran bagi kita, kita harus renungkan lagi: Apakah selama ini yang kita tunggu dan kita rindukan dari Ramadhan adalah kemeriahan dan kesenangannya? Jangan-jangan selama ini kita salah dalam merindukan, menyambut, dan menjalani bulan Ramadhan.
Sedikit flashback kebelakang, Ramadhan yang lalu kebanyakan dari kita mengisinya dengan sibuk mengatur jadwal buka puasa bersama bagaimana caranya agar tidak bentrok antara jadwal satu dengan yang lain, tetapi lupa merencanakan target berapa kali hatam membaca Al-Quran dalam sebulan.
Mall-mall dan tempat-tempat makan penuh sesak oleh orang-orang berbuka bersama, kadang lanjut ngobrol sampai larut malam melupakan salat tarawih bahkan salat megrib dan isya. Memasuki pertengahan bulan, masjid makin sepi dan mall makin rame.
Bermewah-mewah berburu makanan, lupa bahwa masih banyak orang yang kebingunan mau makan apa untuk sahur dan berbuka. Ngabuburit kita habiskan dengan jalan-jalan di mall, anak-anak muda menghabiskan waktu dengan pacarnya. Masih ingat acara sahur yang isinya jogged-joged dan candaan-candaan nyeleneh itu? Apa itu yang kita rindukan dari bulan Ramadhan??
Saat Ramadhan kita tidak memaksimalkan ibadah, tidak dekat dengan Al-quran, banyak kesempatan baik yang dilewatkan, lantas ketika Ramadhan akan berlalu kita bersedih, padahal kesedihan itu hanyalah kesedihan yang palsu. Kita hanya bersedih karena ditinggalkan oleh kemeriahan Ramadhan, bukan bersedih karena ditinggalkan oleh kemuliaan dan keberkahan Ramadhan.
Kita melewatkan banyak kesempatan baik, padahal di bulan Ramadhan pahala dilipat gandakan. Lagi-lagi Ramadhan dilewati dengan merugi.
Merasa atau tidak, dengan adanya wabah ini kita seperti sedang disadarkan kan?
Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian dan seorang mukmin selalu positif menyikapinya, baik itu kesenangan maupun musibah yang menimpa akan menjadi kebaikan bagi seorang mukmin.
Seperti sabda Baginda Nabi Muhammad SAW:
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Seorang mukmin harus bisa mengambil hikmah dari musibah ini. Mungkin Allah sedang menyadarkan kita untuk lebih menghargai bulan Ramadhan, tidak melewatkannya dengan rugi.
Budget untuk buka bersamanya kita sedekahkan kepada yang membutuhkan, ngabuburitnya kita isi dengan baca Al-quran, sahurnya nonton kajian online, salat tarawih masih bisa dirumah bersama keluarga (bagi yang sudah berkeluarga).
Tidak ada yang mampu mengosongkan jalan-jalan di kota-kota besar diseluruh dunia, mengosongkan mall-mall dan tempat hiburan, membuat manusia berhenti dari kesibukannya, selain dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
Ini kesempatan kita untuk lebih dekat dengan Al-Quran, lebih dekat dengan keluarga (lagi-lagi bagi yang sudah berkeluarga).
Percayalah, Ramadhan tahun ini tidak ada yang berbeda, Ramadhan tidak berubah sama sekali, dia tetap mulia dengan segala keberkahannya. Dengan adanya musibah ini kita punya kesempatan untuk lebih taat.
Marhaban ya Ramadhan, semoga aku tidak kembali merugi melewatkanmu begitu saja.